PENGUMUMAN:

INGIN MENYERTAI IPS?
Sila hubungi Ketua Dua (0168351013), Puan Jaliha Jaman (0198116672) atau Setiausaha Satu (Mohd Nurazwan 0198695012)

***
24 Mac 2015
- ulangtahun IPS ke-25. Apakah sumbangan anda kepadanya sehingga ke usinya kini? Mari fikirkan untuk 25 tahun akan datang?


***
Ikatan Penulis Sabah telah diperakukan sebagai penerbit buku daripada Perpustakaan Negara Malaysia. Para penulis di Sabah khasnya ahli-ahli IPS yang berhasrat menerbitkan buku boleh mengemukakan nombor ISBN buku berkaitan kepada urus setia IPS. Bagi ahli tiada sebarang bayaran dikenakan. Maklumat lanjut berhubung dengan perkara ini boleh menghubung kami (016 8120664) - Ketua Satu

***
SALAM WASATIYYAH!

SALAM ULANGTAHUN KE-25 IPS

SALAM JUBLI PERAK!



17 Jun 2014

Penulis kreatif dan pengolahan kata



WRITING is adventure – menulis adalah petualangan, demikian kata Ernest Hemingway, sasterawan besar Amerika yang karya-karyanya ditandai dengan jiwa-jiwa dan nafas petualangan. Pendapat ini didukung oleh para pengagumnya, khususnya para sasterawan Amerika Latin (misalnya Pablo Neruda dan Gabriel Gracia Marquez) dan sasterawati Afrika Selatan Nadine Gordimer serta Milan Kundera, sasterawan Cheko. Saya sebagai pengagum Hemingway, juga merasakan hal tersebut: menulis adalah petualangan.

Yang dimaksud dengan ‘petulangan’ di sini adalah bukan petulangan secara raga, melainkan paduan dari kekayaan batin dan intelektual, imajinasi (kreativiti dan pengembangan) serta kosa kata (penguasaan bahasa). Paduan itu dirangkai menjadi suatu tulisan melalui proses yang disebut proses kreatif.

Dalam Kamus Besar Dewan, kata ‘kreatif’ bermaksud memiliki daya cipta; atau memiliki kemampuan untuk menciptakan. Jadi, proses kreatif adalah proses mencipta sesuatu dan konteks dalam tulisan ini adalah mencipta tulisan atau menulis, baik  tulisan yang bersifat fiksi maupun non-fiksi. Mereka yang menulis fiksi disebut pengarang dan mereka yang menulis non-fiksi disebut penulis. Seorang penulis boleh menjadi pengarang, tetapi pengarang pada umumnya sedikit yang menjadi penulis. Hambatnnya, menjadi penulis diperlukan topangan rujukan yang lebih luas dan mendalam, apalagi bila yang bersangkutan menulis tulisan yang bersifat ilmiah. Tetapi bukan bererti bahawa menjadi seorang pengarang itu lebih mudah dibandingkan menjadi penulis. Sebab, baik untuk menjadi pengarang maupun penulis, keduanya memerlukan modal utama iaitu memiliki dorongan yang kuat untuk menulis (the strong will to write) atau dalam jargon penulisan kreatif  disebut ‘lapar menulis’ (tidak sekadar haus). Dapat dibayangkan, bagaimana jika kita lapar (kelaparan) harus makan. Tentunya, jalan apa pun ditempuh, bukan? Matlamatnya adalah makan, harus makan. Dalam kes ‘lapar menulis’, jalan apa pun ditempuh, it’s goal is do writing.

Jadi, jika kita ingin menjadi penulis atau pengarang, untuk mencapainya adalah menulis – 'do writing, do it soon, very soon, don’t be postponed'. Sayangnya, ramai pihak yang ingin menjadi pengarang atau penulis tetapi hanya sebatas ‘ingin’ kerana tidak juga menulis. Alasannya, sulit memulai, tidak punya waktu, takut salah, malu atau tidak ada inspirasi atau idea yang sesuai untuk ditulis. Akhirnya, proses menulis pun tertunda.

Benar, untuk memulai menulis memang memerlukan proses kreatif iaitu dimulai dengan adanya idea (kekayaan batin dan intelektual) sebagai bahan tulisan. Pengalaman saya, idea itu diperolehi setiap saat, bila mahu menulis. Sumber utamanya adalah bacaan, pergaulan, perjalanan, kontemplasi, monolog, konflik dengan diri sendiri mahupun dengan di luar diri kita (external), pemberontakan (rasa tidak puas), dorongan mengabdi, kegembiraan, mencapai prestasi, tuntutan profesion dan sebagainya. Semuanya itu dapat dijadikan gerbang untuk mendorong memasuki proses kreatif menulis. Kuncinya adalah punya hasrat yang kuat untuk menulis yang sebelumnya telah saya sebut sebagai 'the strong will to write' sebagai modal utama untuk mulai menulis.

Modal kedua, adalah berkomitmen disertai disiplin untuk menulis. Antara lain mempuyai jadual tetap untuk menulis dan rajin mengumpulkan idea-idea yang akan ditulis. Kedua hal tersebut perlu ditaati agar proses kreatif tidak terputus. Sayangnya, kadang kegiatan rutin yang wajib kita kerjakan membuat kegiatan menulis jadi tertunda atau terbengkalai sehingga tulisan tidak pernah menjadi suatu karya. Untuk menyiasatinya, maka perlu menulis di pagi hari (dini hari) atau malam (hingga larut malam, menjelang pagi). Baik juga memanfaatkan waktu luang pada hujung minggu atau hari libur. Yang penting, ada waktu khususnya untuk memberi ‘ruang’ proses kreatif yang kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan.
Proses kreatif menulis akan terwujud dengan baik apabila adanya konsentrasi untuk menulis, menghimpun materi yang akan ditulis, pengembangan materi yang akan ditulis (mapping mind – menulis dalam kepala). Selain daripada itu tumpuan juga diberikan terhadap perlunya dukungan rujukan dan saranan menulis, membuat deraf yang akan ditulis juga tentukan fiksi atau non fiksi. Bila diperlukan, diskusi dengan teman untuk membicarakan tulisan akan ditulis.
Ini ditambah lagi dengan menyusun jadual untuk menulis disesuaikan dengan jam produktif, kemudian  bersedia siap menulis tanpa keraguan atau kebimbangan. Maknanya harus bersungguh-sungguh. Menulis bukanlah sekadar membuat kalimat, melainkan diperlukan kemampuan mengolah kata. Kata-kata yang diolah juga bukan sembarang kata, melainkan kata-kata yang telah dipilih (terpilih) untuk dijadikan media menulis. Kata-kata yang dipilih ini akan membuat tulisan baik atau buruk, menarik atau membosankan dan mudah atau sulit difahami pembacanya.

Dalam teori penulisan kreatif, untuk menjadi seorang penulis atau pengarang, pertama-tama harus mampu memilih kata-kata yang akan dijadikan media tulisannya. Kerana, kata-kata ini merupakan senjata utama bagi penulis atau pengarang untuk ‘menaklukkan’ pembaca. Agar dapat memilih dengan leluasa, maka setiap pengarang/penulis wajib kaya atau punya koleksi kata-kata tak terbatas, untuk dirangkai menjadi kalimat.
Pengkayaan kosa kata dapat diperoleh dari bacaan, kamus, pergaulan dan penguasaan beberapa bahasa asing. Penggunaan kosa kata ini tergantung pada keperluan masing-masing (menulis untuk fiksi atau non-fiksi). Tentunya, keperluan pengarang dengan penulis berbeza. Masing-masing punya jargon dan gaya tersendiri. Meskipun demikian, mereka ini punya goal yang sama: tulisannya ingin dibaca pembaca sebanyak dan seluas mungkin. Oleh kerana itu, setiap penulis dan pengarang pada waktu menulis telah memikirkan siapa sasaran pembacanya sehingga tidak salah ‘tembak’.
Tulisan yang menarik samada fiksi mahupun non-fiksi bagi pembaca, yang utama adalah mudah difahami. Ada pun yang membuat sebuah tulisan itu mudah difahami, karya ditulis dengan kata-kata yang mudah difahami pembacanya yakni tidak banyak menggunakan istilah asing dan jargon-jargon tertentu yang tidak diketahui awam. Apabila ada kata-kata asing atau jargon-jargon tertentu, buat penjelasannya. Karya ditulis dengan kalimat pendek (idealnya 10 – 15 kata, bila lebih dari itu harus ditanda dengan tanda baca yang ketat, agar pembacanya tidak tersiksa). Alur kalimat ditulis linier tidak bersifat ‘labirin’ (bertele-tele), sehingga tulisan terasa mengalir. Tidak ada pengulangan kata-kata dan tidak banyak kata sambung seperti: lalu, kemudian, karena, jadi dan sebagainya.

Untuk tulisan ilmiah hindari penggunaan kata-kata bersayap dan data yang tidak jelas. Untuk tulisan non-fiksi hindari penggunaan kata yang sifatnya memberi kesan ‘kering’. Kata bersayap diperlukan, juga bunga kata asal tidak berlebihan. Isi tulisan tidak menggurui, tetapi memaparkan atau menjelaskan sekalipun itu tulisan yang bersifat ‘pengajaran’.

Selain tulisan dengan struktur susunan kata menjadi kalimat yang runtut dan faragraf  yang tertata, sehingga tulisan mudah dicerna pembacanya. Mampu menggunakan tanda baca (dalam tulisannya) dengan tepat. Mencari pembaca sebelum tulisan diterbitkan untuk minta pendapatnya (jika diperlukan). Banyak membaca buku-buku yang disukai pembaca untuk dipelajari bahasa dan gaya penulisan para penulis atau pengarang buku-buku yang banyak penggemarnya walaupun masing-masing penulis atau pengarang idealnya punya ciri khas tersendiri.

Kemampuan mengolah kata-kata untuk dirangkai menjadi kalimat tidak bisa dimiliki oleh siapa pun dalam waktu sekejap. Melainkan, memerlukan latihan yang panjang dengan cara terus menulis dengan jadual tertentu. Bahan yang ditulis boleh apa saja, termasuk catatan harian. Kerana menulis merupakan ‘petualangan’ yang tidak terbatas dan itu jelas menyenangkan.
Agar bentuk tulisan terus terwujud, hindari membaca tulisan yang sedang dikerjakan. Sebab, hal ini akan menimbulkan keragu-raguan kerana merasa tidak sempurna. Sehingga tulisan akan diulang-ulang dan akhirnya tidak mejadi. Maka, sebaiknya tulisan dibaca bila telah selesai ditulis (kecuali menulis novel, perlu dibaca bab per bab).
Selain itu juga diperlukan memampuan mengedit (menyunting) tulisan sendiri. Penyuntingan ini berguna untuk menyesuaikan panjang tulisan dengan ruang yang akan dipergunakan untuk menyiarkan tulisan tersebut. Penyuntingan juga membantu dalam penyempurnaan kalimat, menciptakan peluang untuk mengkaji isi tulisan, gaya bahasa dan pemilihan kata-kata di samping itu ada peluang menciptakan daya tarik seoptimal mungkin untuk pembaca. Akhirnya, akan menonjolkan ciri khas gaya tulisan dan meletakkan tulisan yang ditulis benar-benar matang.