Larut, Hari lahirku larut
(30 Januari hadir takseperti selalu..)
Larut hari lahirku larut
Hadir takseperti selalu
Larut dalam laut puisi
Larut dalam gurindam airmata gempabumi
Larut di Singgalang-Merapi
Di lembahlembah diksi
Air terjun Anai menderam, menyimbah
Sukma Bulan Putih
Sukma larut puisi
Mencari wibawa Ranah
Minang yang hilang
Ziarah ini ziarah kalbu
Si anak hilang yang pulang.
Apa yang tersangkut
Pada setiap patah siku
Empatpuluhempat hanya bayang
Kenang dan Genang
Larut hari lahirku larut
Nafas mencari hakekat
Kasih bagai danau hijau Maninjau
Membuak mencapai langit
“Cobaan ada gejolak ada
Mengoyak rasa dan cinta..”
Ziarah ini ziarah kalbu
Hadir takseperti selalu
Jantung puisi yang kubedah
Takhanya sekedar darah
Sememehan nestapa, kalau ada
Ingsang tawa menagih takwa
Bulan pucat pasi mimpi hamil
Dicumbu musafir lata
“Adakah dia penyair, lahir
Dari negeri tak berpeta
Bakupmata ditampar jahil?”
Larut hari lahirku, larut
Dalam dendam gurindam
Kembara asyik, manatah kekasih
Yang maklum. Kembara asyik
Manatah Cinta bergemerisik
Dan penyair kharismatik
Mencumbumu dalam detik
Langit menjerit “Dekapmu pekat
Tumbuh iri dan cemburu malaikat!”
Aku peluk puisi demi puisi
Beranakpinak cucu Haji Daud Bagindo Mudo
Cicit Khatib Khoyan
Membawa diri ke Kolang digalang
Sangsai, musafir masih bagai khalifah
Di Bumi Ilahi. Tak ada tanda hiba
Tak ada rasa bersalah
Nah bukan pulak Si Malin Kundang
Kan lahir waris seorang
Kemala sang penyair, asyik
Mencari jejak pertama
Cinta Abadi Si Bulan Putih
Inilah keringat datukku di Timbo Abu
Jubah dan tarbusnya
Tersangkut tatap berdebu..
Tasbih dan tongkatnya
Sepi merintih. Pasaman tetap bersedih.
Tak ada duka, seduka ini Upiak
Kukuras helai nafas, meleleh darah tragedi
Aku pulang menggenggam sayang
Kutiplah mas sesaga, rupiah sekeping
Kupunya kasih putih puisi tak berbagi.
Adapun salam dari seberang
Salam takluput dari gunjingan
Aku mintalah ampun masa tebal dosa
Si anak hilang maka ditiup prasangka
Tak mengenal pelabuhan asalnya.
Didik diri dari mandi di keruh kali.
Larut hari lahirku larut, sekali ini
Bulan putih nyampaikan metafor cinta hakiki
Aku pulang sekali ini.
K E M A L A
Kualalumpur,Padang, Bukittinggi,Danau Maninjau, Pariaman, Padang, Kualalumpur
30 Januari-14 Februari 2010
Sumber: Facebook Kemala
Tiada ulasan:
Catat Ulasan